Sabtu, 13 Oktober 2012

berani bermimpi

Gw takut bermimpi. Setidaknya mimpi tentang gw dan momot. Gw tau bakal berakhir bagaimana nanti, klise lah, hubungan percintaan lesbian yang langgeng itu cuma ada di film. Dengan tegas gw bilang ke momot, jangan ada mimpi ketika kita bersama. Dengan keras pula gw bangunkan momot tiap kali dia mulai bermimpi. Tapi itu dulu, awal hubungan gw sama momot. Gw takut terluka. Gw akuin itu. Gw juga mencoba untuk realistis. Momot punya orang tua begitu juga gw. Kalo momot cowok mungkin ga masalah. Semuanya bakal berjalan mulus. Tinggal bilang ke orang tua dan semua bisa berjalan seperti yang seharusnya. In fact? dia sama kaya gw. Kami sepasang manusia berjenis kelamin sama yang bisa gw bilang gw sama momot kecelakaan sehingga bibit kasih bisa mekar, tumbuh subur diantara kami berdua. Bakal menyakitkan bagi orang - orang terdekat kami jika menyaksikan kami bersama. Namun, belakangan ini, gw mulai egois. Gw mau momot. Gw mulai berani berangan tentang kami dan masa depan. Gw mulai berani mengajukan sebuah gagasan kepada momot untuk tinggal bareng walau gw tau kedepannya bakal susah. Gw mulai berani memimpikan sebuah rumah hasil karya momot. Sebuah rumah untuk kami bernaung, tempat kami berlindung dari panas dan hujan. Tempat kami memadu kasih nantinya. Mot, gw kasih tau lu, kehidupan itu gak seindah film. Itu faktanya. Akan banyak batu kerikil, akan banyak badai, tapi gw yakin kita bisa. Kita mampu. Gw naif? Mungkin. Setelah tau, lu tetep mau tinggal bareng sama gw kaga? merintis semuanya dari NOL seperti apa yang pernah gw bilang.

Tidak ada komentar: